Minggu, 04 Desember 2011

bionarasi tubuh terbelah

Content

TSI Present: "Bionarasi Tubuh Terbelah"


Latihan: Salah satu aktor bionarasi tubuh terbelah




Setelah pentas keliling Bicaralah Tanah, pentas Perempuan Gerabah, pentas Bebegig, dan pentas Geger Cilegon, Teater Studio Indonesia (TSI) kembali akan melakukan pentas lainnya. Kali ini dengan judul Bionarasi Tubuh Terbelah. Seperti pementasan yang lalu, kali ini juga Nandang Aradea (Babeh) sebagai sutradara menggunakan media bambu untuk stage, atau perlengkapan pementasannya. Dan karena memang saya bukan 'orang teater' hanya senang menonton saja, saat melihat sekilas latihannya, terus terang saya tidak mengerti apa yang sebetulnya ingin dibicarakan dalam lakon ini. Saya hanya melihat tubuh-tubuh yang bergelantungan atau bergerak, maksud saya berpindah-pindah dari satu ruang ke ruang lain dalam kontruksi bambu itu. Ini semacam simbol, dan saya belum begitu paham simbol dari apa, kejadian atau peristiwa apa, karena hanya tubuh, bambu, bunyi, yang berbicara di sini. Selebihnya, bisu. Dan memang, khasnya sutradara yang satu ini lebih kepada memberi simbol, atau petanda-petanda yang jika dikaji lebih dalam makna itu akan tersirat dengan sendirinya. Yah, kasarnya begini; penonton kan pintar, jadi pikir sendiri sajalah maknanya. hehe... Tapi, karena saat melihat proses latihan itu sayanya sedang mumet akibat tugas yang bejibun, makna itu belum sampai pada saya. Haha... (Oh, tentu saja saya cuma ngeles! Haha..)
Nah, setelah membaca selembar kertas yang diberikan babeh, saya jadi sedikit mengerti. Ini baru sedikit ya, karena saya belum melihat pementasannya secara utuh.

Dalam kertas itu, babeh berkata bahwa teater yang dibuatnya ini bukan sedang melawan fenomena Jakarta 'maximum city'. Tetapi seperti refleksi yang membawa spirit arkhaik dari bambu-bambu dengan tubuh tanpa persepsi. Suara, bunyi, gerak, ruang, fashion, pembesaran tubuh adalah tubuh yang mengalami. Adalah tubuh yang berpikir. Adalah tubuh yang tumbuh pada penubuhan karakter arkhaik bambu-bambu itu. Karakter otentik tubuh bambu adalah metafor masa depan kondisi manudia yang memiliki kekuatan dan kelebihan fisik, intelektual, dan psikologis. Manusia yang menjadi individu-individu tegak, manusia yang bukan subjek yang rubuh. Ruang kultur masa depan tanpa batas dan tak terbatas. Teater yang dibuatnya ini, semacam ritus pensucian dan penyatuan tubuh yang terbelah dengan jiwanya karena teknologi belum mampu melawan kematian. Teater ini, lahir dengan tubuh-tubuh tanpa persepsi di tengah pusaran kebangkrutan manusia dan kematian bahasa. Hanyalah teater yang bionarasi.


Aha! Jadi, jika kamu ingin mengetahui makna atau maksud dari pementasan ini, datanglah pada pementasannya tanggal 12 Desember di Terater Terbuka Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Dan tanggal 16 di Galeri Nasional Jakarta. Pukul 20.00 WIB. Harga tiketnya murah, cuma Rp. 10.000,- saja. Nggak perlu jebol celengan, kan? Hoho...

Dan berikut Tim Produksinya!

Konsultan Produksi: Prof. Dr. Yoyo Mulyana, M.Ed
                                Sarimajid
Produser               : Seno Joko Suseno, Agus Faisal Karim
Manager Produksi : Farid Ibnu Wahid, Ratu Selvi Agnesia
Kesekretariatan     : Sally Al Fakir
Keuangan              : Siti Hatimah
Logistik                 : Tri Irdawati


Tim Estetika
Naskah/Sutradara : Nandang Aradea
Stage Manager     : Rio Faturohman, Taufik Pria Pamungkas
Artistik                 : Otong Durachim, Mang Didin
Tata Musik           : Enry Johan Jaohari
Tata Lampu          : Oman AB
Kostum                : Arkom
Koreografi           : Rachmawati Nilakusumah
Desain Graphis    : Chandra Kudapawana
Dokumentasi       : Bona Adventura, Yongky
Vocalis                : Ina Setiawati, Vita Puspitasari
Pembuat Dogdog: Johan Teja Yusbriandi
Stage Crew        : Jefri Petir
Aktor                 : Sally Al Faqir, Didin Saprudin, Desi Indriyani, Akrom Lay Almahzumi, Imaf M. Liwa,   Nandho Sumarna, Achu Syamsudin, Saduri, TB. Rahmat Darmawan, Fira, Maesaroh.



diposkan oleh TEE TALOPE RAPUSTI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar