Senin, 25 Juli 2011

In mEmoriam "Wan Anwar"



Sastrawan Moh Wan Anwar (34) tutup usia, di RS Sari Asih, Serang Senin (23/11) jam 4 pagi. Redaktur majalah sastra Horison sekaligus dosen di Untirta Serang, Banten ini mengidap sakit ginjal sejak setahun terakhir. Beberapa hari dirawat di rumah sakit, Wan dalam keadaan kritis. Ia meninggalkan seorang istri dan tiga orang anak yang masih kecil.

Wan menjadi sosok sahabat dan guru tak hanya bagi para mahasiswanya maupun alumni FKIP Untirta, namun juga teman sesama seniman. Di mata penyair Husnul Khuluqi misalnya, Wan merupakan saudara, sahabat juga guru. "Wan orangnya ramah dan hangat. Saya pernah nginep di rumah beliau sekali, dan beberapa kali sekadar main. Buat saya Mas Anwar itu saudara, sahabat juga guru. Ada satu permintaan beliau yang belum saya turuti yaitu sekali-kali nginep di Horison. Ketika saya sakit, Mas Anwar sedang menjalani terapi, tetapi beliau kirim SMS dan saling mendoakan saja," ujar Khuluqi.

Sementara, Wowok Hesti Prabowo dari Komunitas Sastra Indonesia yang sudah 10 tahun mengenal Wan, bilang bahwa Wan adalah sastrawan nasional yang berdedikasi.

"Ia bukan saja aset Banten, tapi juga Indonesia. Dunia sastra sangat kehilangan Wan, Banten berduka," tegas Wowok.

Menurut Wowok, Wan punya pemikiran yang cerdas dan berniat menghidupkan Banten lewat sastra. Dengan dorongan dialah, mahasiswa-mahasiswa Untirta aktif berkesenian, khususnya sastra. Wowok sempat menerornya dengan perkataan, "Percuma ada Wan Anwar di Banten, kalau kesusastraan Banten nggak maju-maju." Dari situ, Wan menjadikan Untirta salah satu kantong kebudayaan di Banten. Ia membuat pelatihan menulis secara periodik, berobsesi melahirkan penyair-penyair baru.

Masih menurut Wowok, Wan juga pandai dalam berbicara menggunakan bahasa kiasan, untuk menyindir orang dengan halus tapi mengena. "Wan juga orang yang religius meski tidak fanatik, dan gaya hidupnya saya lihat baik-baik saja. Dia nggak mau begadang kalau nggak penting. Pokoknya produktif. Terakhir, kata istrinya, Raihan, dia sibuk banget. Banyak tugas, Wan kan ngelanjutin S2 di UI. Kalau sakit ginjalnya sudah agak lama, setahun lalu sempat dioperasi di Cilegon. Divonis dokter untuk cuci darah, dia menghindari dengan minum ramuan herbal," urai Wowok.

Ketua KSI Banten Gito Waluyo mengatakan, untuk mengenang Wan Anwar, KSI Banten akan mengadakan tahlilan dan pembacaan karya Wan. Gelaran kerjasama KSI dan komunitas Kubah Budaya itu direncanakan Senin (30/11) mendatang.

Karya Wan terkumpul dalam buku Sebelum Senja Selesai (2002), Sepasang Maut (2004), Kuntowijoyo dan Dunianya, dan Batas Kesetiaan (manuskrip). Ingin membaca syair Wan? Ini dia Kasidah Banten yang terkesan misterius dan ditulisnya tahun 2005.



Kasidah Banten

aku datang
tetapi dari mana aku datang
aku pergi
tetapi kemana aku pergi
kau sambut aku dengan kasidah
tempat berdiam segala kisah
kupersembahkan padamu denting kecapi
tempat sunyi menggali diri
dua tanda dua nama
bertemu dalam nestapa
karena aku telah datang
kauterima cinta di ujung pedang
karena kau telah menjemput
kuterima hatimu semurni maut
dua tanda dua nama
bertemu dalam nestapa
jika kau dan aku adalah rumah
rumah siapakah kita
jika kau dan aku jadi penghuni
siapakah yang akan kita hadapi.

Puisi di atas adalah salah satu puisi yang disukai oleh Wan Awar (WA). Banyak sastrawan, budayawan maupun dosen yang juga teman baik WA pada Jumat (11/12) malam pukul 19.00 WIB, yang bertempat di Auditoriun Untirta Lt 3, membacakan puisi karya-karya WA sambil menceritakan sepotong pengalamannya semasa berteman dengan WA. Acara yang berjudul ‘In Memoriam Wan Anwar’ yang digagas oleh Prodi Diksatrasia dan Kubah Budaya itu dihadiri ratusan pengunjung. Selain pembacaan puisi, monolog ‘Konser Kematian’ karya WA oleh Farid Ibnu Wahid, musikalisai puisi Ki Amuk, Serenada dan Sintesia, (dari Diksatrasia Untirta semester 1), dan pemutaran profil diri WA, serta doa untuk WA.

1 komentar:

  1. Puisi yang sangat rumit, saya suka diksinya tapi saya tidak bisa memahami apa yang sebenarnya ingin disampaikan.

    BalasHapus